Istri dan anak yg kita dahulukan hajat-hajatnya diatas yg lain , akan bersedih hanya sebatas masa iddah ... tidak ada satupun yg mau menemani kita lama di pekuburan ...
Pekerjaan yg kita rela korban habis-habisan, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala bahkan sampai menghinakan diri, akan ada orang yg menggantikannya ...
Saldo tabungan yg kita kumpulkan, rumah yg dibayar cicilannya setiap bulan, mobil, motor yg kita punya akan berpindah , dibalik namakan menjadi nama org lain atau nama ahli waris yg belum tentu ada jaminan bisa menjadi amal jariyah, bahkan bisa jadi dosa jariyah bagi si mayyit. Naudzubillah ...
Kita sibuk, babak belur dg pertanggungjawaban di alam kubur, sementara istri anak kita sedang sibuk akan dibelanjakan apa hasil claim asuransi kematian kita ...
Istri anak yg kita tinggalkan dalam keadaan tidak paham agama, tidak tahu seberapa penting iman dan amal sholeh yg akan jadi bekal akhirat, tidak bisa amal agama secara sempurna ...
Belum sempat diajarkan adab dan akhlak ... Ilmunya tinggi tapi akhlaknya rendah ...
Belum sempat diajarkan pentingnya pengorbanan untuk agama dg harta dan diri kita ...
Sementara yg akan membela di akhirat hanya amal ibadah kita yg seadanya, yang tidak disempurnakan sunnah-sunnahnya, amal dakwah yg semaunya, yg disesuaikan dg nafsu ...
Belum tuntutan atas lisan yg menyakiti hati org lain, kesombongan hati "anna khoiru min hum", yg paling paham untuk semua urusan itu saya, yg lain bodoh !!!
Itukah kita ?